Apakah ini adalah satu – satunya jalan, mengkafirkan yang tidak bernyawa ? Ketika para ulama tersebut sudah tidak mampu lagi mengkafirkan yang hidup ?
Apakah ini, cerminan dari para ulama, yang sok tidak mau tahu dengan sisi positif yang diberikan oleh sebuah gambar bergerak ?
Apakah ini, jalan yang harus ditempuh untuk meluruskan sesama umat, mengkafirkan umat lain ? Mencemooh buatan selain agamanya ?!
CUKUP. Aku mau melawan ! Meski dengan petinggi agamaku sendiri !
~Mihael Ellinsworth
—————-
Jadi, kemarin itu saya mendatangi salah satu post berjudul “Membongkar Kesesatan Doraemon CS”, yang kebetulan sedang asyik – asyiknya mangkal di BOTD. Saya, tentu saja, tertarik dengan judulnya, yang notabene akan mengundang para otaku untuk turut serta melawan aksi “jihad” macam ini. Tapi, ah, maaf. Saya tidak ikut – ikutan. Dan tentu saja saya akan secara langsung merefleksikan pendapat saya lewat sini. Enggak usah lewat pembantaian, tidak perlu melalui pemukulan.
Baiklah, tidak ada gunanya berbasa – basi. Saya akan langsung menanggapi artikel milik saudara Wira, yang tentunya saya tidak akan menanggapi keseluruhan paragraf, cukup yang ditekankan dan penting saja.
Dan, ingat. Saya enggak akan pakai dalil. Jadi, bisa dibilang bahwa ini adalah murni pendapat mentah saya yang digabung dengan beberapa fakta dari dunia muslim maupun dunia kafir yang engkau sebut – sebut.
Walhasil, kita dapat melihat betapa banyak anak-anak muslim yang lebih mengenal tokoh-tokoh fiktif hasil produksi orang-orang kafir daripada mengenal tokoh-tokoh muslim, seperti para sahabat, dan ulama’ Salaf; betapa banyak anak-anak muslim yang menghafal cerita-cerita khurafat dibandingkan kisah-kisah penuh ibroh (pelajaran) yang telah diceritakan dan diajarkan oleh Allah dan Rasul-Nya -Shollallahu ‘alaihi wasallam-
Begini, ada larangan untuk mendokumentasikan figur – figur seperti itu. Karena pada dasarnya tokoh – tokoh Muslim seperti itu, sebelyum dibuat figurnya, tentu akan dilarang oleh kalian. Kenapa ? Ingat, bahwa kalian telah mengimplementasikan larangan “gambar mahluk bernyawa”. Sekarang, bagaimana anak – anak muslim mendapat tokoh panutan mereka ? Lewat definisi, cerita ? Anak – anak bukan robot.
Mereka butuh imajinasi lebih, ditambah lagi dengan fakta bahwa mereka belum bisa membayangkan sesuatu secara pasti saat mereka berusia dini.
Tentunya saat itu mereka akan berpaling kepada Doraemon, dan kawan – kawan. Tapi, seharusnya anda jangan pakai korban bernama Doraemon, dong ? Harusnya anda membongkar kesesatan sinetron. Sinetron banyak yang lebih bathil daripada yang telah anda sebutkan. Dan efeknya lebih buruk ketimbang keburukan Doraemon yang anda sebut – sebut.
Ah, itu hanya pengantar.
* Doraemon si Boneka Ajaib
Konon kabarnya, Doraemon bisa pergi menjelajah di masa lalu dan di masa yang akan datang. Katanya, ia dapat mengadakan sesuatu yang belum ada menjadi ada dengan “kantong ajaibnya”. Dalam kartun, ia digambarkan sebagai tempat untuk dimintai segala sesuatu yang ghaib oleh temannya. Lihatlah bagaimana film kartun tersebut betul-betul menyimpang dari aqidah.
Segala sesuatu telah ditetapkan waktu dan ajalnya oleh Allah -Ta’ala-. Makhluk tak mampu mengatur waktu, baik itu memajukannya atau mengundurkannya. Makhluk tak akan mampu menyebrang dari zaman kekinian menuju zaman lampau atau sebaliknya.
Kartun Doraemon telah mengajarkan aqidah (keyakinan) batil dalam benak anak-anak kita tentang adanya makhluk yang memiliki kemampuan yang menyamai Allah -Ta’ala- ; makhluk ini mampu mengadakan segala sesuatu yang belum ada menjadi ada. Padahal telah paten dalam Al-Qur’an dan Sunnah bahwa tak ada makhluk yang mampu melakukan segala sesuatu yang ia kehendaki, karena itu semua ada dalam kekuasaan Allah; itu hanyalah sifat yang dimiliki Allah. Dia berfirman,
Tak terasa si Doraemon pun mengajari anak kecil untuk meminta dan berdoa kepada selain Allah dalam perkara yang tak mampu dilakukan oleh seorang makhluk, hanya bisa dilakukan oleh Allah -Ta’ala- . Allah -Azza wa Jalla- berfirman, […]
“Lihatlah bagaimana film kartun tersebut betul-betul menyimpang dari aqidah”. Kok seakan – akan anda lebih mengkafirkan Doraemon, lalu mengabaikan acara lain yang lebih murtad ketimbang itu ? OK. Begini. Kalau anda mau tahu, Doraemon selalu membawa pesan moral di tiap akhir ceritanya. Misalnya, Nobita yang memakai alat – alat Doraemon tanpa izin berbuah buruk pada Nobita. Tanpa sadar, sang anak akan menstimulasi pikiran mereka bahwa, memakai barang tanpa izin adalah tidak baik.
Tentunya kita tidak bisa secara langsung mengatakan bahwa film tersebut kafir, bukan ? Memangnya Fujiko F. Fujio (pembuat Doraemon) bertujuan untuk membuat penontonnya kafir ? Kita ini punya imajinasi. Hal inilah yang menyebabkan kita akan terus bermimpi dan mewujudkan apa yang kita impikan.
Ah, dan lagi. Di mana sisi agamisnya ? Apakah pernah ada suatu waktu ketika Doraemon pergi ke gereja ? Lantas bagaimana kita bisa klaim kalau Doraemon adalah pemurtadan Massal ?
Doraemon bukan selalu menjadi tempat berlindung Nobita dan kawan – kawan. Doraemon tidak akan menang melawan penjahat – penjahat yang ribuan banyaknya. Tentunya itu berbeda dengan Tuhan yang Maha Besar, bukan ? Tuhan memiliki kekuatan yang sanggup meluluhlantakkan banyak kaum. Secara langsung itu menggambarkan bahwa Doraemon bukan Tuhan. Dia hanya robot. Namun Doraemon dapat menyelesaikan semua masalah bersama teman – temannya. Itu menandakan bahwa persatuan itu baik.
Dan sang anak akan tahu hal tersebut ketika orang tua membimbingnya Lha, tiap nonton kartun, orang tua tidak bergerak. Bagaimana sang anak belajar ? Jadi kalau mau menyalahkan sesuatu, jangan kepada kartunnya, seharusnya orangtua membimbing anaknya berjalan. Kalau mau radikal, tak perlu anda membeli TV.
Note : Kalau anda bersikukuh hendak membongkar kesesatan kartun, coba tilik Suzumiya Haruhi. Tapi, percuma, sih. Anime itu tidak ditonton orang Indonesia.
* Dragon Ball
Cerita ini dalam film ini banyak mengandung unsur kebatilan, seperti adanya penyembahan dewa-dewa seperti Dewa Emperor, Dewa Bumi, Dewa Gunung, Dewa Naga, dan lain-lain. Keyakinan ini seluruhnya berasal dari agama Budha, Hindu dan Shinto yang penuh dengan kebatilan dan kesesatan, sementara Allah hanyalah meridhoi Islam sebagai agama yang benar.
Sesungguhnya agama (yang diridhai) di sisi Allah hanyalah Islam. (QS. Ali Imron : 19)
Jadi, agama apapun selain Islam, seperti agama Buddha, Hindu, Shinto, dan lainnya, semuanya tak akan diterima oleh Allah, dan pelakunya akan merugi, karena kekafiran dirinya. Allah -Ta’ala- berfirman,
Jika kita telah mengetahui kebatilan agama selain Islam, maka tak layak bagi kita dan anak-anak kita untuk berbangga, meniru, dan memuji orang-orang kafir itu, dan gaya hidup mereka, apalagi sampai memilih agama mereka sebagai pedoman hidup !! Jauhkanlah anak-anak kita dari orang-orang kafir, jangan sampai mereka bangga dengan orang-orang kafir. Bersihkanlah mulut dan telinga mereka dari istilah-istilah orang-orang kafir, dan paganisme dengan jalan membersihkan rumah kita dari benda pembawa petaka (televisi) yang berisi tayangan yang mendangkalkan, bahkan menghanguskan agama. Kita harus baro’ (berlepas diri) dari orang-orang kafir, dan sembahan-sembahan mereka,
Ayat ini mengajarkan kepada kita agar punya pendirian terhadap orang-orang kafir. Kita harus tegas dalam menampakkan keyakinan kita. Jangan malah kita yang bangga dan tertipu dengan kekafiran mereka, karena hanya sekedar kemajuan semu yang mereka capai di dunia ini. Allah -Ta’ala- berfirman,
Jadi, bebasnya mereka di muka bumi ini, dan majunya mereka dalam segala lini kehidupan jangan membuat kita tertipu dengan mereka, sehingga akhirnya tak lagi mengingkari kekafiran mereka, dan malah memilih sikap toleran bersama mereka dalam urusan agama (aqidah, ibadah, akhlaq, dan lainnya).
Agama di dunia fana ini tidak seluruhnya Islam. Di Negeri Sakura sana, orang – orang beralih ke agama shinto yang memang banyak dewanya. Maka dari itu Dragon Ball dibuat dengan gaya seperti itu. Kalau anda menyatakan bahwa “agama apapun selain Islam, seperti agama Buddha, Hindu, Shinto, dan lainnya, semuanya tak akan diterima oleh Allah”, saya “tidak percaya”. Saya tahu, apabila skenario Tuhan maunya seperti itu, seharusnya sejak dulu agama Islam saja yang berdiri. Semenjak tahun Sebelum Masehi, sebelum Tahun Hijriyah, dimana budaya – budaya masih jahiliyah. Mengapa tidak ? Itulah yang menandakan bahwa Tuhan Maha Besar. Tuhan menciptakan pluralitas (Keragaman budaya)
“Karena yang berwarna sama secara terus menerus cenderung membosankan.”
Dan lagi, apabila anda mengatakan bahwa agama Islam yang satu – satunya diridhoi, mau dikemanakan orang – orang baik yang kebetulan meyakini agama lain ? Orang – orang yang dulunya membantu persatuan Indonesia, orang yang dulunya membangun kejayaan Indonesia, itu tidak semuanya Islam. Mau dikemanakan orang – orang yang mencpitakan komputer anda ? Mau dikemanakan orang yang membuat anda dapat mengusahakan artikel anda lewat blog (Kalau anda mengatakan bahwa Matt Mulenweg dan segenap kru Automattic adalah kafir, seharusnya anda mulai merealisasikan hal tersebut dengan meninggalkan blog yang anda atur sekarang ini, gunakan sarang blog yang lebih agamis. Soalnya orang ‘kafir’ di atas yang memfasilitasi blog anda) ? Patokan Kafir anda seperti apa ?
Kembali, kalau menyalahkan sesuatu, jangan kepada kartunnya. Jangan pula menyalahkan KPI. Kalau memang anda terlalu takut dengan Televisi, janganlah membelinya. Tetapi kami cukup mengetahui bahwa ada sisi positif dalam TV kami, sehingga kami tidak akan berbuat begitu.
Maaf apabila agak ad-hominem.
* Sincan (Simbol Anak Durhaka)
Sincan adalah anak yang sering mendurhakai kedua orang tuanya, dia suka berbohong, mengeluarkan kata-kata yang kurang ajar kepada kedua orang tuanya, dan suka membuat orang tuanya marah dan jengkel. Jadi, jangan heran kalau banyak anak-anak yang meniru watak Sincan tersebut, karena telah terpengaruh oleh cerita kartun tersebut.
(Dalil dilewat)
Jadi, termasuk dosa besar, jika seseorang mencela, membentak, merendahkan orang tuanya. Semua ini adalah bentuk-bentuk durhaka yang terlarang di dalam agama kita yang memiliki aturan yang amat sempurna !!
Anda melihatnya dari sisi yang negatifnya saja. Percuma saya membahas yang satu ini. Seperti halnya Doraemon, Shinchan (Bukan sincan, memangnya pembuatnya pakai logat apa ?) juga memiliki sisi positif, dimana dia mengajarkan orang dewasa.
Ya, Shinchan bukan kartun anak – anak !
Di Negeri Sakura, tayangan ini diberi label “Untuk 15 tahun Keatas (Mature Audience), Dan sebenarnya ditayangkan saat jam 7 sore (atau jam 11 malam ? Saya sendiri, sampai saat ini, masih bingung…). FYI. Jadi, yang ini jelas kesalahan penyiar dan segenap kru pertelevisian.
…
…
…
…
Jadi, sebenarnya apa yang mau saya katakan ?
Kalau anda benar – benar mau mengkafirkan tokoh – tokoh di atas, pikir dua kali. Hanya sekedar lucu – lucuan, sepertinya anda – anda sekalian tidak memiliki rasa humor sama sekali. Kemanakah kantong tertawa anda ? Bahkan Kartun yang bersifat menghibur pun anda jadikan propaganda kepada muslim untuk menjauhkan anak – anaknya dari permurtadan massal.
…
…
…Kalau anda melakukan hal itu ke sinetron, tak apa. OK, hinaan untuk para kaum ekstrimis fundamentalis. Cukup.
Tolonglah, saya sangat mengerti apabila anda sebenarnya sudah kehabisan lahan untuk mengkafirkan. Tapi jangan mencoba menyerobot lahan kartun, ataupun anime, ataupun manga, ataupun komik ! Jadi manusia jangan terlalu pesimis, dong. Setidaknya, apabila kalian mencoba mengkafirkan penganut agama non-muslim, jangan di sini ! Karena apa yang akan kalian dapat adalah cemoohan. Maksudnya ? Apa yang tengah kalian gunakan sekarang adalah blog buatan umat non-Muslim. Saya sudah bertoleransi dengan agama lain, dengan tetangga saya yang notabene bukanlah seorang penganut Islam. Karena saya tahu mereka juga manusia. Jadi saya tidak “mempunyai dosa apa – apa”. Bersikeras dengan keputusan kalian, silakan telan rasa malu.
Kesimpulan saya sampat saat ini adalah :
1. Tidak perlu mewaspadai film seperti ini kecuali anda tidak membimbing anak anda dengan memberitahu hal – hal positif dari film tersebut,
2. Agama kita yang paling diridhoi Allah SWT, tetapi bukan berarti Allah SWT lantas mengucilkan orang baik dalam agama lain,
3. Kesalahan penyiaran TV membuat anda (mungkin) salah mengira bahwa film tertentu adalah untuk anak – anak,
4. Tidak perlu menggunakan kartun untuk media propaganda,
5. Jangan asal mengkafirkan sesuatu, apabila anda sebenarnya tidak tahu sisi positifnya.
Ok. Sebegitu saja. Tentunya apa yang ada dari pendapat saya masih akan berbuah cacat kedepannya. Namanya saja komentar mentah. Mengapa saya membuat artikel ini ? Karena saya yakin, amat yakin, apabila saya berkomentar seperti ini di blog anda, tidak akan bertahan lama. Mungkin komentar saya nantinya akan tewas disapu ombak delete.
Update :
Meski beberapa orang telah menyuarakan pendapatnya mengenai pengkafiran Doraemon, namun Baginda Antosalafy tetap pada pendiriannya yang teguh. Beliau tetap kukuh terhadap Doraemon yang kafir itu.
Untuk meyakinkan saya bahwa saya telah memberikan komentar, saya tayangkan di sini. Berikut komentarnya.
Mihael “D.B.” Ellinsworth, di/pada Desember 21st, 2007 pada 11:15 Dikatakan: Komentar anda sedang menunggu moderasi.
Ah, mana ? Saya tidak membawa nama Doraemon dalam versi gambar. Tentunya kami tahu, seandainya Doraemon dianggap kafir, sedangkan Sinetron tidak, berarti ada konspirasi yang berbuah ketidakberesan. Saya tidak terbawa emosi, saya jawab artikel penyalahan Doraemon dengan bahasa yang non-sarkastik. Siapa yang salah ?
Artikel Terkait :
www.ketika-petinggi-agama-mulai-menyalahkan-doraemon.com
0 komentar:
Posting Komentar